idealoka.com – Meski sudah puluhan tahun merawat
orang dengan gangguan jiwa dan pecandu narkoba, Sri Wulung Jeliteng, 58 tahun, pantang
meminta bantuan ke pihak lain termasuk pemerintah daerah. Seniman ludruk
pendiri Padepokan Among Budaya Sastro Loyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, ini berusaha mandiri dalam
‘mengobati’ orang sakit jiwa.
“Saya enggak
pernah mengajukan proposal bantuan,” katanya. Dia hanya sekali mendapat bantuan
beras 25 kilogram dari Dinas Sosial sebagai imbalan jasanya mengamankan orang
stress yang mengganggu masyarakat beberapa tahun lalu.
Dalam membiayai
anak-anak binaannya, Wulung mengandalkan penghasilan dari pementasan ludruk,
karawitan, dan wayang. Selain itu, keluarga yang menitipkan anggota keluarganya
yang punya gangguan jiwa juga memberi dana. “Tapi enggak banyak, hanya beberapa
orang saja,” ujarnya.
Meski terbatas
fasilitas dan dana, ia bertekad ikut serta membangun bangsa. “Membangun bangsa
dan negara tidak harus pakai lencana dan mahkota. Saya membangun orang-orang
yang sifatnya jelek dan tidak waras menurut kemampuan saya. Saya bangun lewat
budaya,” ujarnya.
Sri Wulung Jeliteng bersama 'pasiennya' |
Melihat
peran padepokan yang cukup penting bagi sosial, Menteri Sosial Khofifah Indar
Parawansa pernah mengunjungi Padepokan Among Budaya Sastro Loyo pada 28
Februari 2016. Khofifah disambut musik gamelan yang dilantunkan para anggota
Ludruk Among Budaya. Khofifah sempat menyapa sejumlah ‘pasien’ Wulung namun
sebagian dari mereka terlihat diam tanpa ekspresi.
Mensos Khofifah Indar Parawansa (Foto: Sofan Kurniawan) |
“Pemerintah
saat ini fokus pada proses pencegahan, penindakan, dan pemberantasan tetapi
Kemensos tugasnya rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza. Jatim urutan
kedua korban penyalahgunaan napza dan punya Pak Wulung ini inisiatif masyarakat
namun belum masuk IPWL,” kata Khofifah.
0 Response to "SENIMAN NYENTRIK (3): Terapi Sakit Jiwa, Pantang Minta Dana "
Posting Komentar