SENIMAN NYENTRIK (3): Terapi Sakit Jiwa, Pantang Minta Dana

Selain berkesenian, seniman ludruk ini juga merawat puluhan orang sakit jiwa, tanpa memungut biaya. Bagaimana kisahnya?

idealoka.com – Meski sudah puluhan tahun merawat orang dengan gangguan jiwa dan pecandu narkoba, Sri Wulung Jeliteng, 58 tahun, pantang meminta bantuan ke pihak lain termasuk pemerintah daerah. Seniman ludruk pendiri Padepokan Among Budaya Sastro Loyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, ini berusaha mandiri dalam ‘mengobati’ orang sakit jiwa.

“Saya enggak pernah mengajukan proposal bantuan,” katanya. Dia hanya sekali mendapat bantuan beras 25 kilogram dari Dinas Sosial sebagai imbalan jasanya mengamankan orang stress yang mengganggu masyarakat beberapa tahun lalu.

Dalam membiayai anak-anak binaannya, Wulung mengandalkan penghasilan dari pementasan ludruk, karawitan, dan wayang. Selain itu, keluarga yang menitipkan anggota keluarganya yang punya gangguan jiwa juga memberi dana. “Tapi enggak banyak, hanya beberapa orang saja,” ujarnya.

Meski terbatas fasilitas dan dana, ia bertekad ikut serta membangun bangsa. “Membangun bangsa dan negara tidak harus pakai lencana dan mahkota. Saya membangun orang-orang yang sifatnya jelek dan tidak waras menurut kemampuan saya. Saya bangun lewat budaya,” ujarnya.

Sri Wulung Jeliteng bersama 'pasiennya'
Mereka yang sembuh, selain kembali ke keluarganya, juga ada yang dicarikan pekerjaan sesuai kemampuan. Bahkan ada yang membantu Wulung merawat pasien yang belum sembuh. Seperti yang dilakukan Haryono asal Jepara, Jawa Tengah, yang pernah mengalami gangguan jiwa. “Saya sudah lima tahun di sini dan alhamdulillah sembuh,” katanya. Haryono membantu membersihkan kamar-kamar teman-temannya yang masih menjalani perawatan.

Melihat peran padepokan yang cukup penting bagi sosial, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pernah mengunjungi Padepokan Among Budaya Sastro Loyo pada 28 Februari 2016. Khofifah disambut musik gamelan yang dilantunkan para anggota Ludruk Among Budaya. Khofifah sempat menyapa sejumlah ‘pasien’ Wulung namun sebagian dari mereka terlihat diam tanpa ekspresi.
Mensos Khofifah Indar Parawansa (Foto: Sofan Kurniawan)

“Pemerintah saat ini fokus pada proses pencegahan, penindakan, dan pemberantasan tetapi Kemensos tugasnya rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan napza. Jatim urutan kedua korban penyalahgunaan napza dan punya Pak Wulung ini inisiatif masyarakat namun belum masuk IPWL,” kata Khofifah. 

Agar menjadi Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), Khofifah menyarankan Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto mendaftarkan rehabilitasi milik Wulung sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). (*)

0 Response to "SENIMAN NYENTRIK (3): Terapi Sakit Jiwa, Pantang Minta Dana "

Posting Komentar