Selain
berkesenian, seniman ludruk ini merawat puluhan orang stress, gila, dan pecandu
narkoba. Bagaimana terapinya?
idealoka.com – Selain melestarikan seni dan budaya
Jawa, Sri Wulung Jeliteng, 58 tahun, juga merawat puluhan orang stress, gila,
dan pecandu narkoba. Ia mendirikan Padepokan Among Budaya Sastro Loyo di Desa
Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Selain jadi
ajang ekspresi seni budaya, padepokan yang hanya berupa rumah dan sejumlah
kamar serta teras itu juga jadi tempat ‘penyembuhan’ mereka yang mentalnya
sedang bermasalah.
Sebagaimana keturunan
orang-orang Majapahit, darah seni dan budaya pada sosok Wulung sangat kental.
Berbagai macam seni tradisional ditekuninya baik ludruk, karawitan, hingga
perwayangan atau perdalangan.
Di teras
rumahnya, Wulung mendirikan pentas atau panggung berukuran 7X5 meter untuk
latihan kesenian.“Setiap hari Selasa dan Jum’at kami latihan sinden, karawitan,
dan pedalangan. Gratis tidak dipungut biaya,” ujar pria yang juga dalang ini.
Ia pun membuat kelir atau layar
pementasan wayang secara sederhana dan berukuran lebih kecil dibanding layar
pementasan wayang umumnya.
Selain
kesibukannya among (melestarikan) budaya, Wulung juga among
(merawat) orang dengan gangguan jiwa dan pecandu narkoba. Kini ada 43 orang
yang dirawat dan diantaranya pecandu narkoba baik dari Jawa Timur dan luar Jawa
Timur. Mereka ditempatkan dalam 12 kamar yang berjajar dirumahnya. “Selain dibawa
keluarganya kesini, mereka juga saya temukan di jalan atau dibawa Satpol PP
lalu diserahkan ke saya,” ujarnya.
Dalam merawat
orang-orang itu, Wulung hanya melakukan pendekatan manusiawi. “Bagaimana jelek
itu bisa jadi baik. Kita dekati bagaimana cara dan solusinya,” ujarnya. Mereka
diperlakukan layaknya orang waras. “Bangun pagi diajak olahraga, lalu mandi dan
sarapan. Siang makan lagi lalu tidur. Sore bangun diberi hiburan musik dan
menonton televisi,” katanya.
Kemudian malam
diberi makan nasi dan makanan ringan sampai tidur kembali. Bahkan terkadang
mereka diajak jalan-jalan di lingkungan sekitar. “Agar mereka tahu dunia luar,
tidak suntuk hanya di kamar saja,” katanya.
Orang yang
dirawat Wulung bermacam-macam penyebab dan tingkat gangguan jiwanya. “Harus
tahu penyebabnya apa. Stress benenaran atau kesurupan, pernah jatuh, kebanyakan
ilmu, atau karena narkoba,” ucapnya.
Untuk pasien
dengan tingkat emosional yang tinggi atau anarkis, Wulung terpaksa mengurungnya
di dalam kamar namun tetap diajak komunikasi. Sesekali terdengar suara gaduh
dari dalam rumahnya. “Dengarkan, itu pintu kamar didobrak sampai jebol,”
katanya. Biasanya, pasien yang baru datang masih sangat labil karena belum
terbiasa dengan lingkungan setempat.
Wulung yang
dibantu 16 orang dengan sabar dan telaten membimbing mereka sampai menjadi
orang normal dan mandiri. “Semua kami ajari. Kami suruh mandi dan makan
sendiri,” ujarnya. Waktu yang dibutuhkan untuk sembuh juga berbeda-beda, bisa
bulanan bahkan tahunan. (bersambung)
0 Response to "SENIMAN NYENTRIK (2): Terapi Orang Sakit Jiwa dengan Budaya"
Posting Komentar