Seniman ludruk
satu ini nyentrik. Ia hidup dengan
puluhan orang stress, gila, hingga pecandu narkoba. Bagaimana kisahnya?
idealoka.com –
Sore itu puluhan orang berambut gundul keluar dari kamar mereka dan
berkumpul di teras rumah yang biasa digunakan latihan karawitan. Meski
mengalami gangguan jiwa, mereka rata-rata sudah bisa diarahkan. Namun sesekali
mereka tersenyum atau menatap dengan pandangan kosong. Tak hanya laki-laki,
sejumlah wanita juga dirawat dan dibina di tempat ini.
Sri Wulung Jeliteng (Foto: Sofan Kurniawan) |
Adalah Sri
Wulung Jeliteng, 58 tahun, tokoh dibalik tempat rehab orang dengan gangguan
jiwa dan pecandu narkoba ini. Wulung memiliki sanggar atau padepokan Among
Budaya Sastro Loyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur. Di rumah yang juga sanggarnya inilah Cak Wulung merawat dan membina
mereka.
“Sejak awal
tahun 1990-an saya sudah merawat orang-orang seperti ini. Selain orang stress,
kami juga merawat pecandu narkoba,” kata Wulung. Motivasinya merawat
orang-orang seperti itu berawal dari kehidupannya di dunia ludruk. “Sejak tahun
1974 saya sudah ikut ludruk,” tutur pria yang nada bicaranya berapi-api ini.
Saat pementasan
ludruk, menurutnya, terkadang ada orang yang kesurupan. “Saya yang biasanya
menenangkan dan mengobatinya,” ucap pria kelahiran Mojokerto 31 Mei 1958 ini.
Kemampuannya mengobati orang dengan gangguan jiwa termasuk kesurupan diwariskan
dari orang tuanya.
Wulung memegang
teguh pesan sekaligus syarat dari orang tuanya. “Sedikit banyak saya diajari
orang tua. Pesannya kalau menolong harus tanpa pamrih dan jangan minta bantuan
(uang) kecuali ada orang yang mau membantu (sedekah),” ujarnya.
0 Response to "SENIMAN NYENTRIK (1): Dari Ludruk hingga Terapi Sakit Jiwa "
Posting Komentar