idealoka.com – Sejumlah
penelusur gua (caver) asing dan lokal sudah menapakkan kaki di goa Luweng Jaran.
Namun kedalaman goa vertikal ini masih menjadi misteri.
Tiga warga asing
berjalan di kawasan hutan Desa Jlubang pada tahun 1979. Tas ransel besar
menempel di punggungnya. Langkah mereka berhenti ketika berpapasan dengan
Wonijan, warga desa setempat yang melintas di jalan setapak. “Mereka sempat
berkata-kata, tapi saya tidak memahami maksudnya,’’ kata Wonijan.
Komunikasi antara
Wonijan dengan para caver yang diketahui berasal dari
Australia terkendala bahasa. Seorang dari tiga caver membeber
peta dan menunjuk titik Luweng Jaran. Wonijan yang kala itu berusia
26 tahun akhirnya mengerti tujuan lawan bicaranya. Ia bersedia mengantar ke
lokasi yang dituju.
Wonijan dan tiga caver berjalan
menuju Luweng Jaran yang berjarak sekitar 750 meter dari lokasi
pertemuan. Pemuda desa itu kemudian pergi setelah tiba di tempat yang dituju.
Wonijan tidak mengetahui hasil dari penelusuran yang dilakukan caver asing
tersebut. Selang beberapa tahun kemudian sejumlah tim penelusur gua berdatangan
ke Luweng Jaran.
“Dari Yogyakarta,
Jakarta, Bandung, dan masih banyak lagi,’’ ujar Wonijan yang pada 2012 menjabat
sebagai Sekretaris Desa Jlubang.
Setiap caver yang
hendak masuk Luweng Jaran wajib melapor kepada pemerintah desa.
Karena itu, Wonijan mengetahui asal para penelusur maupun kelompok pecinta gua.
Mayoritas di antaranya merupakan kalangan mahasiswa pecinta gua.
Dari sejumlah caver,
Wonijan mengetahui dasar Luweng Jaran belum berhasil dijajaki.
Para pecinta gua baru menembus jarak 25 kilometer. Jalur di gua vertikal itu
dinilai masih panjang. “Ada anggapan tembus ke laut Selatan,’’ ujar dia.
Karena potensi gua belum
diketahui secara pasti, kebijakan wajib lapor para caver kepada
pemerintah desa berubah pada 1988. Setiap penelusur gua harus memberitahukan
rencana kegiatannya ke Pemerintah Kabupaten Pacitan. Wonijan menyatakan aturan
itu untuk lebih tertib administrasi.
“Untuk mencegah orang
tak bertanggungjawab merusak atau mencuri batu yang indah di dari dalam luweng,’’
ia menuturkan. (*)
Penulis dan fotografer:
Nofika Dian Nugroho
(Jurnalis di Madiun dan sekitarnya)
nofika.nugroho@gmail.com
0 Response to "Ekspedisi Luweng Jaran (5) : Misteri Goa Tak Berujung "
Posting Komentar